Program makan siang gratis dari kaca mata 6 Dimensi Total Productive Maintenance (TPM)

Pilpres sudah selesai. Perhitungan suara pun sudah selesai. Tinggal penetapan resmi siapa yang jadi pemenang. Rakyat pun menunggu janji berupa program pemenang.

Satu hal yg sangat menarik yaitu Program Makan Siang Gratis. Tanpa ada unsur like or dislike terhadap pemenang, sebagai seorang pemerhati dan praktisi peningkatan produktivitas, saya langsung melihat program tersebut dari seorang kaca mata seorang praktisi produktivitas dan continuous improvement.

Jika melihat dari sisi produktivitas salah satunya dari  dimensi Total Productive Maintenance (TPM) yaitu PQCDSM program makan siang gratis ini sangat sulit dilaksanakan dan resikonya sangat besar. Perlu upaya extra keras dan sangat hati hati untuk menjalankan program ini. Karena jika salah, resikonya sangat besar. Mari kita lihat satu persatu 6 dimensi TPM nya.

 

Productivity. Salah satu tools untuk menghitung produktivitas adalah membandingkan output dan input (O/I). Input yg sangat besar hingga ratusan triliun rupiah harus benar-benar dihitung supaya output (hasil) nya lebih besar dari inputnya.

Quality. Bagaimana menjamin kualitasnya. Jangan sampai akan disuguhi menu olahan praktis yg tidak sehat. Resikonya akan berdampak pada tingkat kesehatan dan harapan hidup generasi muda Indonesia.

Cost. Biaya yang sangat besar dan tidak produktif jangan sampai hanya akan berujung di toilet sekolah.

Delivery. Bagaimana dgn waktu pengirimannya? Jangan sampai sering terlambat dan membuat anak-anak kelaparan menunggu dan mengganggu kualitas belajar

Safety. Jika kualitas makanan rendah, dan sering terlambat, anak-anak beresiko penyakit maag dan penyakit kanker atau penyakit lainnya yang sangat berbahaya.

Moral, karena anak-anak tidak suka menunya, anak-anak akan terbiasa membuang buang makanan.

Sungguh sangat berbahaya jika program makan siang gratis ini dijalankan asal-asalan demi popularitas dan elektabilitas. Perlu perhitungan yang matang dan langkah sistematis untuk menjalankannya.

Salam Continuous Improvement,

Kayamuddin Manurung

 

Share the Post:

Postingan Terkait

Scroll to Top