Deming dan Kaizen

 

Tahun 1950 merupakan awal yang baru bagi Jepang. Setelah ekonomi morat-marit akibat perang, kedatangan seseorang menjadikan itu semua titik balik yang penting bagi negara Sakura, setidaknya saat itu.

Namanya Deming, Dr. Edwards Deming, seorang pakar pengendalian mutu dan kualitas. Lewat 14 dalilnya, perbaikan-perbaikan bertahap dilakukan. Dan seperti perbaikan apapun di muka bumi ini yang memerlukan proses, demikian juga perbaikan yang didasarkan atas 14 dalil Deming tersebut.

Yang dihasilkan kemudian ternyata tidak hanya itu, sebuah prinsip dahsyat yang dikenal dengan sebutan “Kaizen” menjadi tonggak sejarah. “Perbaikan bertahap terus menerus secara kontinyu” demikian secara sederhana Kaizen diterjemahkan. Spirit yang menyebar kesetiap komponen bangsa Jepang. Dalam 5, 10, 20 tahun dst..prinsip Kaizen semakin menampakkan hasilnya. Ini yang kemudian membuat bangsa-bangsa lain beramai-ramai mengadopsinya, kemudian menerapkannya dalam berbagai segi kehidupan, tidak hanya industri dan perekonomian.

Terlepas ‘perang ekonomi’ habis-habisan yang melibatkan Jepang, Korea dan China, sekarang ini, ternyata prinsip Kaizen ini juga powerfull diterapkan secara individu dalam keseharian masing-masing.

“Barang siapa yang sama saja dengan kemarin adalah orang yang merugi. Apalagi mereka-mereka yang lebih buruk dari kemarin”

Kalimat itu sering kita dengar tentunya.

Bagaikan “total football” yang mengutamakan permainan menyerang, maka orang-orang bijak mengamini hal yang sama dalam kehidupan. Jika kita terus memperbaiki diri dari hari-kehari, kita tentunya tidak perlu kuatir dengan masa depan.

Perbaikan diri akan membawa upah lebih dari sekedar survive. Perbaikan diri menjamin kemenangan yang konsisten.

Seseorang mengatakan padaku hal tersebut dengan indah..
“Bahwa ketika Anda memperbaiki diri dengan sungguh-sungguh, maka mau tidak mau, Anda akan menarik orang, kesempatan, peluang, hal-hal apapun yang jauh lebih baik”

Jika demikian ‘peperangan’ ternyata bukan masalah perebutan sumber daya dengan orang lain yang kita sebut kompetitor, namun lebih kepada perang dengan diri sendiri.

Salam Produktivitas

Kayamuddin Manurung

 

 

Share the Post:

Postingan Terkait

Scroll to Top